Rabu, 08 November 2017

AL-QALASADI (Matematikawan Muslim abad ke-15 Pencipta Notasi Pecahan Modern)




AL-QALASADI
 (Matematikawan Muslim abad ke-15 Pencipta Notasi Pecahan Modern)

Al-Qalasadi adalah seorang intelektual Muslim nama lengkapnnya adalah Abu al-Hasan ibn Ali ibn Muhammad ibn Ali Alqalasadi. Ia dilahirkan di Bastah (sekarang Baza), Andalusia yang kini dikenal sebagai Spanyol, pada abad XV.

Menurut JJ O'Connor dan EF Robertson, Andalusia berasal dari bahasa Arab, al-Andalus. Nama itu digunakan umat Islam untuk menyebut seluruh wilayah Spanyol dan Portugal yang pernah dikuasai umat Muslim dari abad ke-8 M hingga abad ke-11. Wilayah tempat berdirinya Kekhalifahan Umayyah Spanyol itu, kemudian direbut kembali orang Kristen.

Andalusia, kata O'Connor, hanya digunakan untuk menyebut kawasan yang tersisa di bawah kekuasaan Islam. Penaklukan Kristen terhadap wilayah Andalusia membutuhkan empat abad. Andalusia merupakan wilayah yang makmur pada abad ke-13 M. Di wilayah itu, terdapat Alhambra, istana yang indah dan benteng dari penguasa Granada.

Al-Qalasadi dibesarkan di Bastah. Masa kanak-kanaknya dilalui dengan sangat sulit. Pada masa itu, Kerajaan Kristen sering menyerang kota Bastah. Meski hidup dalam situasi keamanan yang tak stabil, ia tak pernah melalaikan tugasnya untuk belajar dan menimba ilmu. Ilmu hukum dan Alquran merupakan pelajaran pertama yang diperolehnya di tanah kelahiran.  Selain tersohor sebagai ahli matematika, intelektual Andalusia ini dikenal pula sebagai ahli hukum. Pada mulanya, al-Qalasadi hanya menekuni beberapa subyek ilmu, seperti ilmu kewarisan (faraid). Ia mempelajari ilmu tersebut lewat bimbingan Ali bin Musa. Setelah menamatkan pelajarannya, al-Qalasadi kemudian hijrah ke selatan, menjauhi zona perang menuju Granada. Di kota itu, ia belajar ilmu agama pada Abu Ishak Ibrahim bin Futuh dan Imam Abdullah al-Sarakusti.
Ia melanjutkan studinya mempelajari ilmu filsafat, ilmu pengetahuan dan hukum Islam. 

Al-Qalasadi sering melakukan perjalanan ke negara-negara Islam. Secara khusus, dia menghabiskan banyak waktunya di Afrika Utara. Dia hidup di negara-negara Islam yang memberikan dukungan kuat terhadap Andalusia baik secara politik maupun dengan bantuan militer dalam melakukan perlawanan terhadap serangan Kristen.
Dia menghabiskan waktu di Tlemcen (sekarang di barat laut Aljazair, dekat perbatasan Maroko). Di tempat itu, ia belajar di bawah bimbingan guru-gurunya untuk mempelajari aritmatika dan aplikasinya. Setelah itu, dia hijrah ke Mesir untuk berguru pada beberapa ulama terkemuka.

Al-Qalasadi juga sempat menunaikan ibadah haji ke Makkah dan kembali ke lagi Granada. Ketika kembali ke Granada, keadaan wilayah tersebut semakin memburuk. Bagian yang tersisa dari wilayah Muslim terus diserang orang-orang Kristen Aragon dan Castile. Suasana itu tak menyurutkan tekadnya untuk tetap mengajarkan ilmu yang dikuasainya.

Dalam situasi genting pun, al-Qalasadi tetap mengajar dan menulis sederet karya yang sangat penting. Serangan tentara Kristen yang terus-menerus membuat kehidupannya di Granada, semakin sulit. 


Jasa Untuk Dunia

Al-Qalasadi adalah orang pertama yang menggunakan simbol-simbol yang kini digunakan dalam penulisan persamaan notasi pecahan. Sebagaimana diketahui, salah satu unsur penting dalam ilmu matematika, khususnya bilangan, adalah pecahan (fractions). Seorang ilmuwan muslim yang bernama al-Banna, dalam sebuah karyanya yang berjudul Talkhis A'mat al-Hisab, mendefinisikan pecahan sebagai pertautan antara dua bilangan untuk menunjukkan satu atau beberapa bagian. Hubungan antara bagian dan bilangan itu kemudian menghasilkan nama yang sama, yang disebut pecahan. Pembilangnya disebut bast, sedang penyebutnya disebut imam (Talkhis, Kashf al-Jilbab). Sebagai pengembangan dari hal itu, al-Qalasadi lalu meletakkan pembilang di atas penyebut dan memisahkan keduanya dengan sebuah garis horisontal. Alasannya, karena notasi tersebut (pecahan) adalah sesuatu yang masih baru pada masa itu. Untuk menjelaskan sebuah pecahan, al-Qalasadi lalu menggunakan pernyataan "ala ma'sihi" yang berarti "tempatkan di atasnya" dan "mafawk al-khatt" yang berarti "yang ada di atas garis".

Para ahli matematika Arab lain kemudian membedakan pecahan dalam lima jenis, yaitu pecahan biasa, pecahan tunggal atau pecahan sederhana (mufrad), pecahan pertalian (muntasbih), pecahan disjungsi atau yang tidak memiliki penyebut sama sekali (mukhtalif), pecahan yang masih dapat dibagi (mubah'ad), atau pecahan dari pecahan (fraction of fraction), dan pecahan terkecuali yang dipisahkan tanda minus (mustalua'). Kelima jenis pecahan dan pengembangannya itu kemudian dibahas secara mendalam oleh al-Qalasadi.

Jasa al-Qalasadi dalam mengembangkan matematika sungguh sangat tak ternilai. Betapa tidak. Tanpa dedikasi sang matematikus Muslim di abad ke-15 itu, dunia boleh jadi tak mengenal simbol-simbol ilmu hitung. Sejarah mencatat, al-Qalasadi merupakan salah seorang matematikus Muslim yang berjasa memperkenalkan simbol-simbol Aljabar.

''Simbol-simbol Aljabar pertama kali dikembangkan peradaban Islam oleh matematikus dari Andalusia, Ibnu al-Banna pada abad ke-14 dan al-Qalasadi pada abad ke-15,'' ujar J Samso-Moya. Al-Qalasadi memperkenalkan simbol-simbol matematika dengan mengunakan karakter dari alfabet Arab.
Al-Qalaṣādī mewakili simbol matematika dengan menggunakan karakter dari alfabet Arab, di mana:
و (wa) berarti "dan" untuk penambahan (+)
لا (illa) berarti "kurang" untuk pengurangan (-)
ف (fi) berarti "waktu" untuk perkalian (*)
ة (ala) berarti "over" untuk pembagian (/)
ج (j) mewakili jadah yang berarti "akar"
ش (sh) mewakili shay meaning "thing" untuk sebuah variabel (x)
م (m) mewakili moraba'a untuk kuadrat (x2)
ك (k) mewakili moka'ab untuk sebuah kubus (x3)
ل (l) mewakili ya'adilu untuk persamaan (=)
Sebagai contoh, persamaan 2 x3 3 x 2 4 x 5 0 akan ditulis menggunakan notasinya sebagai:
2 ك و 3 م لا 4 ش و 5 ل 0


Karya

Selama hidupnya, al-Qalasadi menulis beberapa buku mengenai aritmatika dan sebuah buku mengenai aljabar. Beberapa di antaranya berisi komentar-komentar terhadap karya Ibnu al-Banna yang bertajuk Talkhis Amal al-Hisab (Ringkasan dari Operasi Aritmatika). Ibnu al-Banna merupakan matematikus Muslim yang hidup satu abad lebih awal dari al-Qalasadi.

Risalah utama al-Qalasadi adalah al-Tabsira fi'lm al-Hisab (Klarifikasi Ilmu Berhitung). Sayangnya, buku itu sulit dipelajari orang kebanyakan. Untuk mempelajarinya dibutukan ketajaman pikiran. Buku itu sangat dipengaruhi pemikiran Ibnu al-Banna. Meskipun al-Qalasadi sudah berusaha menyederhanakan tingkat kerumitan karya al-Banna.

Buku aritmatika karya al-Qalasadi yang lebih sederhana, terbukti begitu populer dalam pengajaran aritmatika di Afrika Utara. Karya-karyanya itu digunakan selama lebih dari 100 tahun. Jejak intelektual al-Qalasadi rupanya cukup dikenal dan diketahui para sejarawan.

Salah seorang penulis yang bernama J Samso Moya, mengatakan, para penulis menganalisis karya para ahli matematika dari Maghrib (Afrika Utara) seolah-olah mereka sepenuhnya tidak terpengaruh dari pendahulu mereka di Timur Islam.

Hal itu, kata Moya, mendorong mereka untuk menekankan pentingnya mengunakan simbol aljabar yang digunakan Al-Qalasadi (1412-1486), tanpa memperhatikan usaha-usaha serupa sebelumnya baik di Timur maufut di Barat Islam. Para penulis di abad ke-19 percaya bahwa simbol-simbol aljabar pertama kali dikembangkan dalam Islam oleh ahli matematika Spanyol-Arab Ibn al-Banna dan Al-Qalasadi.

Kelangkaan simbol-simbol matematika di Italia, mungkin disebabkan ketidaktahuan ilmuwan Italia seperti, Leonardo Fibonacci akan adanya karya-karya hebat para ahli matematika dari Andalusia. Boleh jadi simbol-simbol Aljabar tersebut bukan penemuan al-Qalasadi, tetapi dia memiliki kontribusi yang besar dalam mengenalkan simbol-simbol Aljabar tersebut kepada dunia. Simbol-simbol Aljabar tersebut telah digunakan di kekaisaran Muslim Timur, bahkan mungkin lebih awal dari itu.

Al-Qalasadi adalah ahli matematika pertama yang menggunakan simbolisasi saat membahas atau menulis sebuah persamaan. Selain itu, al-Qalasadi juga pernah mengomentari karya Ibnu al-Banna al-Marakushi, yaitu Talkhis. Ia berkata bahwa karya tersebut memuat rumusan tingkat tinggi yang dibuat dengan kecermatan dan ketetapan yang nyaris sempurna, untuk memperoleh akar kuadrat.

Al Qalasadi, selain dikenal sebagai “profesor aljabar”, ia juga orang pertama yang menulis buku untuk menjelaskan aturan aljabar dalam puisi. Selain itu, ia juga menulis sembilan buku tentang tata bahasa dan tradisi Nabi Muhammad dan ilmunya kemudian diturunkan kepada Abu Abdullah Al Sanusi. Ia adalah salah satu anak didik Al Qalasadi yang berhasil menciptakan 26 karya matematika dan astronomi yang diakui sebagai teks otoritatif di seluruh Afrika Utara.


Tradisi Belajar di Andalusia, tempat kelahiran Al Qalasadi
Rupanya tradisi belajar di Andalusia sudah tampak sejak awal abad ke-9. Anak-anak para pangeran, pejabat atau orang yang terhormat harus belajar. Mereka belajar dari ajaran ilmiah menggunakan salinan terjemahan karya ilmiah Yunani dan India. Lalu muncullah buku-buku pengajaran bahasa Arab pertama di Andalusia yang mula-mula muncul di Baghdad

Sedangkan anak-anak para pedagang dan keluarga kerajaan mendapatkan buku-buku dari orang tuanya yang kaya. Melihat keinginan yang besar untuk belajar. Khalifah akhirnya mendukung kegiatan-kegiatan ilmiah dengan membiayai pembentukan sebuah perpustakaan penting, di mana buku-bukunya disediakan dari Timur.

Inisiatif Khalifah untuk memajukan pendidikan dengan membangun banyak perpustakaan akhirnya meningkatkan perkembangan kegiatan ilmiah di kota-kota utama Muslim Spanyol. Beberapa kota yang pendidikan dan ekonominya maju pada masa itu antara lain Cordoba, Toledo, Sevilla, Zaragoza dan Valencia.

Selama sepertiga akhir abad ke-9 dan seluruh ke-10, kegiatan mengajar dan penelitian berkembang dengan pesat terutama dalam bidang matematika. Sebab khalifah Omeyyad dari abad ke-10 dan Khalifah Abd ar-Rahmān III ( 912-961) serta putranya al-Hakam II (961-976) sangat mendukung perkembangan dunia pendidikan dan ilmu pengetahuan.

Maka bisa dikatakan bahwa Andalusia yang menjadi tempat kelahiran Al Qalasadi merupakan wilayah yang memiliki tradisi belajar dan melakukan berbagai penelitian yang sangat tinggi. Pada masa itu, berbagai macam karya astronomi maupun matematika banyak dilahirkan oleh para ilmuwan besar, termasuk Al Qalasadi. Selain itu, banyak juga ilmuwan yang lahir di sana termasuk Ibn as-Samh dan az-Zahrawi, yang mendominasi kegiatan ilmiah paruh pertama abad ke-11 serta menerbitkan banyak buku di Spanyol dan di Maroko.

Jika melihat tradisi belajar dan ilmiah di Andalusia bisa dikatakan terjadi pertukaran ilmu antara umat Muslim di Andalusia dengan umat Muslim di Magribi. Sebab banyak ilmuwan dari Andalusia yang pergi ke Magribi begitu pula sebaliknya. Berdasarkan catatan sejarah, banyak guru, peneliti, maupun siswa yang pada mulanya memiliki teks-teks terjemahan dari bahasa Yunani yang isinya pengetahuan Elemen Euclid, karya Ptolemy, juga kerucut Apollonius.

           
WAFAT

Al-Qalasadi menghembuskan nafas terakhirnya pada tanggal 10 Desember 1486 (13 Dzulhijjah 891 H) di Bedja, Tunisia.
Setelah ia meninggal pada 1492, Granada, tempat ia menimba kemudian jatuh ke tangan pasukan dipimpin Ferdinand dan Isabella. Perebutan wilayah itu juga membawa pemusnahan naskah Islam dan Yahudi. Naskah-naskah itu dibakar termasuk karya Al Qalasadi.


Sumber :


Tidak ada komentar:

Posting Komentar