AL-QALASADI
(Matematikawan
Muslim abad ke-15 Pencipta Notasi Pecahan Modern)
Al-Qalasadi adalah seorang
intelektual Muslim nama lengkapnnya adalah Abu al-Hasan ibn Ali ibn Muhammad ibn
Ali Alqalasadi. Ia dilahirkan di Bastah (sekarang Baza), Andalusia yang kini
dikenal sebagai Spanyol, pada abad XV.
Menurut JJ O'Connor dan EF Robertson, Andalusia
berasal dari bahasa Arab, al-Andalus. Nama itu digunakan umat Islam untuk
menyebut seluruh wilayah Spanyol dan Portugal yang pernah dikuasai umat Muslim
dari abad ke-8 M hingga abad ke-11. Wilayah tempat berdirinya Kekhalifahan
Umayyah Spanyol itu, kemudian direbut kembali orang Kristen.
Andalusia, kata O'Connor, hanya
digunakan untuk menyebut kawasan yang tersisa di bawah kekuasaan Islam.
Penaklukan Kristen terhadap wilayah Andalusia membutuhkan empat abad. Andalusia
merupakan wilayah yang makmur pada abad ke-13 M. Di wilayah itu, terdapat
Alhambra, istana yang indah dan benteng dari penguasa Granada.
Al-Qalasadi dibesarkan di
Bastah. Masa kanak-kanaknya dilalui dengan sangat sulit. Pada masa itu,
Kerajaan Kristen sering menyerang kota Bastah. Meski hidup dalam situasi
keamanan yang tak stabil, ia tak pernah melalaikan tugasnya untuk belajar dan
menimba ilmu. Ilmu hukum dan Alquran merupakan pelajaran pertama yang
diperolehnya di tanah kelahiran. Selain
tersohor sebagai ahli matematika, intelektual Andalusia ini dikenal pula
sebagai ahli hukum. Pada mulanya, al-Qalasadi hanya menekuni beberapa subyek
ilmu, seperti ilmu kewarisan (faraid). Ia mempelajari ilmu tersebut lewat
bimbingan Ali bin Musa. Setelah menamatkan pelajarannya, al-Qalasadi kemudian hijrah
ke selatan, menjauhi zona perang menuju Granada. Di kota itu, ia belajar ilmu
agama pada Abu Ishak Ibrahim bin Futuh dan Imam Abdullah al-Sarakusti.
Ia melanjutkan studinya
mempelajari ilmu filsafat, ilmu pengetahuan dan hukum Islam.
Al-Qalasadi sering
melakukan perjalanan ke negara-negara Islam. Secara khusus, dia menghabiskan
banyak waktunya di Afrika Utara. Dia hidup di negara-negara Islam yang
memberikan dukungan kuat terhadap Andalusia baik secara politik maupun dengan
bantuan militer dalam melakukan perlawanan terhadap serangan Kristen.
Dia menghabiskan waktu di
Tlemcen (sekarang di barat laut Aljazair, dekat perbatasan Maroko). Di tempat
itu, ia belajar di bawah bimbingan guru-gurunya untuk mempelajari aritmatika
dan aplikasinya. Setelah itu, dia hijrah ke Mesir untuk berguru pada beberapa
ulama terkemuka.
Al-Qalasadi juga sempat
menunaikan ibadah haji ke Makkah dan kembali ke lagi Granada. Ketika kembali ke
Granada, keadaan wilayah tersebut semakin memburuk. Bagian yang tersisa dari
wilayah Muslim terus diserang orang-orang Kristen Aragon dan Castile. Suasana
itu tak menyurutkan tekadnya untuk tetap mengajarkan ilmu yang dikuasainya.
Dalam situasi genting pun,
al-Qalasadi tetap mengajar dan menulis sederet karya yang sangat penting.
Serangan tentara Kristen yang terus-menerus membuat kehidupannya di Granada,
semakin sulit.
Jasa
Untuk Dunia
Al-Qalasadi adalah orang
pertama yang menggunakan simbol-simbol yang kini digunakan dalam penulisan
persamaan notasi pecahan. Sebagaimana diketahui, salah satu unsur penting dalam
ilmu matematika, khususnya bilangan, adalah pecahan (fractions). Seorang
ilmuwan muslim yang bernama al-Banna, dalam sebuah karyanya yang berjudul
Talkhis A'mat al-Hisab, mendefinisikan pecahan sebagai pertautan antara dua bilangan
untuk menunjukkan satu atau beberapa bagian. Hubungan antara bagian dan
bilangan itu kemudian menghasilkan nama yang sama, yang disebut pecahan.
Pembilangnya disebut bast, sedang penyebutnya disebut imam (Talkhis, Kashf
al-Jilbab). Sebagai pengembangan dari hal itu, al-Qalasadi lalu meletakkan
pembilang di atas penyebut dan memisahkan keduanya dengan sebuah garis
horisontal. Alasannya, karena notasi tersebut (pecahan) adalah sesuatu yang
masih baru pada masa itu. Untuk menjelaskan sebuah pecahan, al-Qalasadi lalu
menggunakan pernyataan "ala ma'sihi" yang berarti "tempatkan di
atasnya" dan "mafawk al-khatt" yang berarti "yang ada di
atas garis".
Para ahli matematika Arab lain
kemudian membedakan pecahan dalam lima jenis, yaitu pecahan biasa, pecahan tunggal
atau pecahan sederhana (mufrad), pecahan pertalian (muntasbih), pecahan
disjungsi atau yang tidak memiliki penyebut sama sekali (mukhtalif), pecahan
yang masih dapat dibagi (mubah'ad), atau pecahan dari pecahan (fraction of
fraction), dan pecahan terkecuali yang dipisahkan tanda minus (mustalua').
Kelima jenis pecahan dan pengembangannya itu kemudian dibahas secara mendalam
oleh al-Qalasadi.
Jasa al-Qalasadi dalam
mengembangkan matematika sungguh sangat tak ternilai. Betapa tidak. Tanpa
dedikasi sang matematikus Muslim di abad ke-15 itu, dunia boleh jadi tak
mengenal simbol-simbol ilmu hitung. Sejarah mencatat, al-Qalasadi merupakan
salah seorang matematikus Muslim yang berjasa memperkenalkan simbol-simbol
Aljabar.
''Simbol-simbol Aljabar pertama
kali dikembangkan peradaban Islam oleh matematikus dari Andalusia, Ibnu
al-Banna pada abad ke-14 dan al-Qalasadi pada abad ke-15,'' ujar J Samso-Moya.
Al-Qalasadi memperkenalkan simbol-simbol matematika dengan mengunakan karakter
dari alfabet Arab.
Al-Qalaṣādī mewakili simbol matematika dengan menggunakan karakter dari
alfabet Arab, di mana:
و (wa) berarti "dan"
untuk penambahan (+)
لا (illa) berarti
"kurang" untuk pengurangan (-)
ف (fi) berarti
"waktu" untuk perkalian (*)
ة (ala) berarti
"over" untuk pembagian (/)
ج (j) mewakili jadah yang
berarti "akar"
ش (sh) mewakili shay meaning
"thing" untuk sebuah variabel (x)
م (m) mewakili moraba'a untuk
kuadrat (x2)
ك (k) mewakili moka'ab untuk
sebuah kubus (x3)
ل (l) mewakili ya'adilu untuk
persamaan (=)
Sebagai contoh, persamaan 2 x3
3 x 2 4 x 5 0 akan ditulis menggunakan notasinya sebagai:
2 ك و 3 م لا 4 ش و 5 ل 0
Karya
Selama hidupnya, al-Qalasadi
menulis beberapa buku mengenai aritmatika dan sebuah buku mengenai aljabar.
Beberapa di antaranya berisi komentar-komentar terhadap karya Ibnu al-Banna
yang bertajuk Talkhis Amal al-Hisab (Ringkasan dari Operasi Aritmatika). Ibnu
al-Banna merupakan matematikus Muslim yang hidup satu abad lebih awal dari al-Qalasadi.
Risalah utama al-Qalasadi
adalah al-Tabsira fi'lm al-Hisab (Klarifikasi Ilmu Berhitung). Sayangnya, buku
itu sulit dipelajari orang kebanyakan. Untuk mempelajarinya dibutukan ketajaman
pikiran. Buku itu sangat dipengaruhi pemikiran Ibnu al-Banna. Meskipun
al-Qalasadi sudah berusaha menyederhanakan tingkat kerumitan karya al-Banna.
Buku aritmatika karya
al-Qalasadi yang lebih sederhana, terbukti begitu populer dalam pengajaran
aritmatika di Afrika Utara. Karya-karyanya itu digunakan selama lebih dari 100
tahun. Jejak intelektual al-Qalasadi rupanya cukup dikenal dan diketahui para
sejarawan.
Salah seorang penulis yang
bernama J Samso Moya, mengatakan, para penulis menganalisis karya para ahli
matematika dari Maghrib (Afrika Utara) seolah-olah mereka sepenuhnya tidak
terpengaruh dari pendahulu mereka di Timur Islam.
Hal itu, kata Moya, mendorong
mereka untuk menekankan pentingnya mengunakan simbol aljabar yang digunakan
Al-Qalasadi (1412-1486), tanpa memperhatikan usaha-usaha serupa sebelumnya baik
di Timur maufut di Barat Islam. Para penulis di abad ke-19 percaya bahwa
simbol-simbol aljabar pertama kali dikembangkan dalam Islam oleh ahli
matematika Spanyol-Arab Ibn al-Banna dan Al-Qalasadi.
Kelangkaan simbol-simbol
matematika di Italia, mungkin disebabkan ketidaktahuan ilmuwan Italia seperti,
Leonardo Fibonacci akan adanya karya-karya hebat para ahli matematika dari
Andalusia. Boleh jadi simbol-simbol Aljabar tersebut bukan penemuan
al-Qalasadi, tetapi dia memiliki kontribusi yang besar dalam mengenalkan
simbol-simbol Aljabar tersebut kepada dunia. Simbol-simbol Aljabar tersebut
telah digunakan di kekaisaran Muslim Timur, bahkan mungkin lebih awal dari itu.
Al-Qalasadi adalah ahli
matematika pertama yang menggunakan simbolisasi saat membahas atau menulis
sebuah persamaan. Selain itu, al-Qalasadi juga pernah mengomentari karya Ibnu
al-Banna al-Marakushi, yaitu Talkhis. Ia berkata bahwa karya tersebut memuat
rumusan tingkat tinggi yang dibuat dengan kecermatan dan ketetapan yang nyaris
sempurna, untuk memperoleh akar kuadrat.
Al Qalasadi, selain dikenal
sebagai “profesor aljabar”, ia juga orang pertama yang menulis buku untuk
menjelaskan aturan aljabar dalam puisi. Selain itu, ia juga menulis sembilan
buku tentang tata bahasa dan tradisi Nabi Muhammad dan ilmunya kemudian
diturunkan kepada Abu Abdullah Al Sanusi. Ia adalah salah satu anak didik Al
Qalasadi yang berhasil menciptakan 26 karya matematika dan astronomi yang
diakui sebagai teks otoritatif di seluruh Afrika Utara.
Tradisi
Belajar di Andalusia, tempat kelahiran Al Qalasadi
Rupanya tradisi belajar di
Andalusia sudah tampak sejak awal abad ke-9. Anak-anak para pangeran, pejabat
atau orang yang terhormat harus belajar. Mereka belajar dari ajaran ilmiah
menggunakan salinan terjemahan karya ilmiah Yunani dan India. Lalu muncullah
buku-buku pengajaran bahasa Arab pertama di Andalusia yang mula-mula muncul di
Baghdad
Sedangkan anak-anak para
pedagang dan keluarga kerajaan mendapatkan buku-buku dari orang tuanya yang
kaya. Melihat keinginan yang besar untuk belajar. Khalifah akhirnya mendukung
kegiatan-kegiatan ilmiah dengan membiayai pembentukan sebuah perpustakaan
penting, di mana buku-bukunya disediakan dari Timur.
Inisiatif Khalifah untuk
memajukan pendidikan dengan membangun banyak perpustakaan akhirnya meningkatkan
perkembangan kegiatan ilmiah di kota-kota utama Muslim Spanyol. Beberapa kota
yang pendidikan dan ekonominya maju pada masa itu antara lain Cordoba, Toledo,
Sevilla, Zaragoza dan Valencia.
Selama sepertiga akhir abad
ke-9 dan seluruh ke-10, kegiatan mengajar dan penelitian berkembang dengan
pesat terutama dalam bidang matematika. Sebab khalifah Omeyyad dari abad ke-10
dan Khalifah Abd ar-Rahmān III (
912-961) serta putranya al-Hakam II (961-976) sangat mendukung perkembangan
dunia pendidikan dan ilmu pengetahuan.
Maka bisa dikatakan bahwa
Andalusia yang menjadi tempat kelahiran Al Qalasadi merupakan wilayah yang
memiliki tradisi belajar dan melakukan berbagai penelitian yang sangat tinggi.
Pada masa itu, berbagai macam karya astronomi maupun matematika banyak dilahirkan
oleh para ilmuwan besar, termasuk Al Qalasadi. Selain itu, banyak juga ilmuwan
yang lahir di sana termasuk Ibn as-Samh dan az-Zahrawi, yang mendominasi
kegiatan ilmiah paruh pertama abad ke-11 serta menerbitkan banyak buku di
Spanyol dan di Maroko.
Jika melihat tradisi belajar
dan ilmiah di Andalusia bisa dikatakan terjadi pertukaran ilmu antara umat
Muslim di Andalusia dengan umat Muslim di Magribi. Sebab banyak ilmuwan dari
Andalusia yang pergi ke Magribi begitu pula sebaliknya. Berdasarkan catatan
sejarah, banyak guru, peneliti, maupun siswa yang pada mulanya memiliki
teks-teks terjemahan dari bahasa Yunani yang isinya pengetahuan Elemen Euclid,
karya Ptolemy, juga kerucut Apollonius.
WAFAT
Al-Qalasadi menghembuskan nafas
terakhirnya pada tanggal 10 Desember 1486 (13 Dzulhijjah 891 H) di Bedja,
Tunisia.
Setelah ia meninggal pada 1492,
Granada, tempat ia menimba kemudian jatuh ke tangan pasukan dipimpin Ferdinand
dan Isabella. Perebutan wilayah itu juga membawa pemusnahan naskah Islam dan
Yahudi. Naskah-naskah itu dibakar termasuk karya Al Qalasadi.
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar